Beranda | Artikel
Membongkar Trik para Dukun
Kamis, 25 Agustus 2022

Pertanyaan:

Ada sebagian orang yang membongkar trik para dukun dan menyingkap kebohongan mereka. Bagaimana menyikapi fenomena ini? Jazakumullah khayran.

Jawaban:

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu was salamu ‘ala asyrafil anbiya wal mursalin, Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Amma ba’du.

Dalam Kitabut Tauhid karya Syaikh Shalih al-Fauzan, disebutkan kisah Ibnu Taimiyah yang membongkar trik dukun Ahmadiyah Rifa’iyyah atau dikenal dengan sekte Bathaihiyyah yang mengaku kebal api. Disebutkan di sana:

“Salah seorang Syaikh Bathaihiyyah berteriak, “Kami memiliki kesaktian ini dan itu”. Mereka mengaku memiliki keajaiban-keajaiban seperti tahan api dan lainnya, yang itu khusus dimiliki oleh sekte mereka. Maka Syaikhul Islam berkata, “Aku berkata kepada mereka dengan meninggikan suara dan dengan nada marah: Aku menantang semua orang Ahmadiyah di penjuru bumi yang mengaku tahan api, maka aku pun akan melakukan sebagaimana yang mereka lakukan. Siapa yang terbakar maka dia kalah dan baginya laknat Allah!”. Kemudian aku katakan, ”Namun syaratnya, sebelum dibakar harus dimandikan dahulu badannya dengan cuka dan air hangat”. Salah seorang umara’ dan sebagian orang bertanya kepadaku mengapa harus ada syarat tersebut? Aku berkata, “Karena mereka punya trik agar tahan api, yaitu mereka menggunakan minyak dari katak, kulit jeruk lemon, dan bubuk batu talek, untuk memperdayai orang-orang”. Kemudian orang-orang Bathaihiyyah itu pun mengklaim mampu melakukannya. Mereka berkata, “Aku dan engkau kita akan diselimuti oleh kain di tengah tanah lapang, setelah dilumuri oleh belerang!”. Aku berkata, “Ayo!”. Mereka pun lantas akan membuka gamis mereka bersiap melakukannya. Aku berkata, “Jangan dulu! Anda harus dimandikan dulu dengan cuka dan air hangat”. Kemudian mereka pun mulai tampak ragu seperti biasanya. Kemudian mereka berkata, “Siapa yang cinta kepada pemimpin maka tolong carikan kayu bayar!”. Aku berkata, “Ini akan menunda pertunjukkan dan mencerai-beraikan penonton, tidak akan tercapai apa yang dimaksud! Api sudah dinyalakan, mari kita masukan tangan kita ke api setelah dimandikan cuka dan air hangat, siapa yang terbakar maka ia mendapat laknat Allah dan kalah”. Ketika aku katakan demikian maka mereka pun mundur teratur.” (Majmu’ al-Fatawa, 11/446-465, dikutip dari Kitabut Tauhid lil Fauzan, hal. 37)

Di antara pelajaran dari kisah ini adalah bahwa membongkar trik dukun boleh saja dan ada manfaatnya. Tapi perlu diperhatikan:

1. Membongkar trik dukun bukanlah hal yang jadi fokus utama. Yang jadi fokus utama adalah menyampaikan ilmu yang benar dari al-Quran dan as-Sunnah. Itulah yang jadi fokus para Nabi dan Rasul, serta para ulama seperti Ibnu Taimiyah. Beliau tidak sibuk membongkar trik para dukun. Allah ta’ala berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (QS. al-Anbiya: 25)

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma ia berkata,

لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bersabda padanya, ‘Sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah kaum Ahlul Kitab. Maka hendaknya yang engkau dakwahkan pertama kali adalah agar mereka mentauhidkan Allah ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka mengerjakan itu (shalat), maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka untuk membayar zakat dari harta mereka, diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir. Jika mereka menyetujui hal itu (zakat), maka ambillah zakat harta mereka, namun jauhilah dari harta berharga yang mereka miliki’.” (HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19)

Syaikh Shalih al-Fauzan menjelaskan, “dari hadits yang mulia ini, dan juga barang siapa yang memperhatikan dakwah para Rasul yang disebutkan dalam al-Qur’an, dan juga barang siapa yang memperhatikan sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia dapat memahami manhaj dakwah ilallah. Dan ia akan memahami bahwa yang pertama didakwahkan kepada manusia adalah aqidah, yaitu mengajak mereka menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya, serta meninggalkan semua ibadah kepada selain Allah, sebagaimana makna Laa ilaaha illallah.” (Al-Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad, 17)

2. Dukun itu pendusta baik terbongkar atau tidak triknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa mereka tukang dusta,

فَتَقُرُّهَا فِى أُذُنِ الْكَاهِنِ ، كَمَا تُقَرُّ الْقَارُورَةُ ، فَيَزِيدُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذِبَةٍ

“… setan-setan itu pun membisikkannya kabar-kabar langit pada telinga para dukun. Seperti meniupkan angin ke botol-botol. Lalu setan-setan itu pun menambahkan kabar-kabar tersebut dengan 100 kedustaan.” (HR. Bukhari no. 3288)

3. Datang ke dukun itu tetap kekufuran walaupun tidak terbongkar triknya dan walaupun ada pasiennya yang sembuh. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Barang siapa yang mendatangi dukun atau mendatangi tukang ramal, kemudian ia membenarkannya, maka ia telah kufur pada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9536, Abu Daud no. 3904, Tirmidzi no. 135, dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 5939)

4. Dukun terkadang memang menggunakan sihir yang berupa mantra serta buhul yang dibantu oleh setan. Sehingga tidak diketahui sebabnya. 

Karena memang secara bahasa, sihir artinya kejadian yang samar penyebabnya. 

السحر لغة: ما خفي ولطف سببه

“Sihir secara bahasa artinya semua yang samar dan tidak jelas penyebabnya.” (Al-Qaulul Mufid, 1/489)

Ahlussunnah meyakini adanya sihir sebagaimana ditetapkan oleh al-Qur’an dan as-Sunnah. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terkena sihir. Sehingga tidak semua dukun menggunakan trik, sebagiannya menggunakan sihir.

Dan sihir ini adalah kekufuran dan dosa besar. Allah ta’ala berfirman: 

يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ

“Mereka (Harut dan Marut) mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya ujian (bagimu), sebab itu janganlah kamu kufur’.” (QS. al-Baqarah: 102)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اجتنبوا السبعَ الموبقاتِ . قالوا : يا رسولَ اللهِ ، وما هن ؟ قال : الشركُ باللهِ ، والسحرُ ، وقتلُ النفسِ التي حرّم اللهُ إلا بالحقِّ ، وأكلُ الربا ، وأكلُ مالِ اليتيمِ ، والتولي يومَ الزحفِ ، وقذفُ المحصناتِ المؤمناتِ الغافلاتِ

“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan. Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah, apa saja itu? Rasulullah menjawab: berbuat syirik terhadap Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, memakan harta anak yatim, kabur ketika peperangan, menuduh wanita baik-baik berzina.” (HR. Bukhari no. 2766, Muslim no. 89)

Semoga jawaban ini bermanfaat. Semoga Allah ta’ala memberi taufik.

***

Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/39069-membongkar-trik-para-dukun.html